Morfodinamika Wilayah Pesisir Kabupaten Kendal
Seperti yang dikatakan oleh Thornbury
dalam buku nya “Principles of
Geomorphology” pada Hukum Uniformitarian ke-1, bahwa proses yang terjadi
pada saat ini juga terjadi pada masa lampau dan akan terjadi pada masa yang
akan datang dengan intensitas yang tidak selalu sama. Sedangkan pada Hukum
Uniformitarian ke-3, bahwa proses yang terjadi di permukaan bumi ini akan
meninggalkan bentuk yang khas pada permukaan bumi. Dari hukum tersebut dapat
dijadikan sebagai acuan untuk memperkirakan kejadian yang pernah terjadi pada
masa lampau, yang bentuk-bentuk lahanya mempunyai karakteristik yang khas.
Pada prinsipnya gaya dan proses yang
terdapat dibumi ini dibagi menjadi dua, yaitu gaya endogen dan gaya eksogen.
Gaya endogen merupakan gaya yang berasal dari dalam bumi dan gaya ini sifatnya
membangun misalnya seperti vulkanisme, gempa bumi (earthquakes), dan lain lain. Gaya endogen ini membangun bumi
menjadi bentuk-bentuk lahan seperti bentuk lahan struktural, lipatan (folds), sesar (faults), kekar (joints),
dan sebagainya. Sedangkan gaya eksogen merupakan gaya yang berasal dari luar
bumi dan sifatnya merusak. Gaya eksogen ini berasal dari presipitasi, air,
angin, dan suhu udara. Akibat dari gaya eksogen ini menjadikan bentuk lahan
yang sudah dibangun oleh gaya endogen dirusak menjadi bentuk lahan lain seperti
bentuk lahan aeolin, denudasional, aluvial, dan lain-lain. Macam-macam dari
gaya endogen ini adalah pelapukan (weathering),
pelarutan (solusional), gerakan massa
(mass movement).
Kondisi Geologi daerah Kendal terdiri
dari Aluvium dibagian utara dan dibagian selatan terdiri dari formasi kerek,
formasi kali getas, dan formasi damar. Masing-masing formasi tersebut mempunyai
litologi yang berbeda. Sedangkan kondisi geomorfologi daerah kendal, terdiri
dari perbukitan dibagian selatan dan dataran aluvial dibagian utara (Lumbanbatu dan Suyatman, 2007). Sehingga dapat
dikatakan bahwa daerah kendal didominasi oleh dataran aluvial yang mana dahulu pada
zaman kuarter dan tersier merupakan hasil proses sedimentasi, nampak material
batuannya adalah pasir halus, pasir, lempung, dan kerikil.
Dinamika wilayah pesisir kabupaten
kendal sangat kompleks, dimana selalu terjadi adanya perubahan di setiap waktu
baik itu sedimentasi, erosi marin, atau perubahan penggunaan lahan yang
diakibatkan oleh artificial manusia. Hal ini telah diamati dari foto udara
dengan multi temporal dalam artian foto udara tersebut diambil berdasarkan perbedaan
waktu. Dari interpretasi yang dilakukan, bahwa dapat diidentifikasi adanya
perubahan morfologi pantai baik itu berupa sedimentasi dan erosi marin, serta
tingkat jumlah penduduk pesisir relative meningkat dari tahun ke tahun sehingga
dapat diartikan bahwa wilayah pesisir kabupaten kendal mempunyai perkembangan
yang sangat pesat.
Perkembangan tersebut harus diikuti
dengan perencanaan pembangunan yang baik supaya tidak mengalami masalah
ekosistem pantai, dengan pembangunan yang memperhatikan lingkungan. Sebagian
besar wilayah pesisir kabupaten kendal penggunaan lahannya untuk areal
pertambakan dan sedikit untuk areal pariwisata, dan sebagian kecil lagi untuk
permukiman penduduk.
Dinamika pesisir Kabupaten Kendal sering
berubah-rubah, dibagian wilayah pesisir bagian tengah banyak terjadi
sedimentasi pada muara DAS bodri, sehingga permukaan daratan menjadi bertambah
ke arah utara, hal ini dikarenakan pengelolaan DAS yang kurang baik
(Tjaturahono, 2010). Diperlukan adanya konservasi pada DAS bodri tersebut guna
untuk mengurangi dan menghambat laju sedimentasi.
Sedangkan diwilayah pesisir kabupaten
Kendal bagian timur dan barat sudah banyak mengalami erosi marin, sehingga diperlukan
perencanaan untuk mengahambat proses erosi marin tersebut, yaitu dengan cara soft engieering atau dengan hard engineering. Soft engineering dapat
dilakukan dengan cara menanam pohon mangrove di daerah shoreline guna mengahambat laju erosi marin, sedangkan hard
engineering dapat dilakukan dengan cara membangun sea wall (dinding pantai) guna untuk pemerlemah ombak sehingga
mengurangi erosi marin (Verstappen, 1983). Melihat dari erosi marin yang belum
begitu tinggi, alangkah baiknya digunakan soft engineering karena selain untuk
menghambat laju erosi marin juga penerapannya dengan memperhatikan dan
memelihara lingkungan, sehingga tidak merusak ekosistem pantai.
Referensi:
- Lumbanbatu dan Suyatman. 2007. Evaluasi Awal Kerentanan Pelulukan/Likuefaksi Daerah Kendal dan Sekitarnya, Jawa Tengah. Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 2 No. 3 September 2007: 159-176
- Tjaturahono, B.S. 2010. Kajian Morfodinamika Pesisir Kabupaten Kendal Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh Multi Spektral dan Multi Waktu. Jurnal Geografi, Volume 7 No. 2 Juli 2010
- Thonbury, W.D. 1969. Principles of Geomorphology. John Willey and Sons. New York
- Verstappen, Th., H. 1983. Applied Geomorphology: Geomorpholgy Surveys for Environmental Development. Elsevier. Amsterdam
0 komentar:
Post a Comment