Permasalahan Pembelajaran Geografi di Sekolah
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah
masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Proses
pembelajaran didalam kelas hanya diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi (Sanjaya, 2006).
Otak siswa dipaksa untuk mengingat
dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang
diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya ketika anak didik kita
lulus dari sekolah mereka pintar secara teoritis tetapi mereka miskin aplikasi.
Problematika
pendidikan yang terjadi di Indonesia salah satunya adalah terdapatnya
kesenjangan yang cukup lebar antara pengetahuan yang dimiliki para siswa dengan
sikap dan perilakunya. Banyak siswa yang tahu atau hafal materi pelajaran,
tetapi tidak mampu mengaplikasikan pengetahuannya bagi peningkatan kualitas
kehidupannya.
Pembelajaran
efektif seharusnya pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa dalam proses
belajar mengajar. Namun, pembelajaran selama ini hanya berpusat pada guru dan
kurang relevan dengan kehidupan siswa. Oleh karena itu, perlu adanya sebuah
model dan
media pembelajaran yang tidak hanya mengharuskan siswa menghafal
fakta-fakta tetapi sebuah model dan media pembelajaran yang mendorong siswa mengkonstruksikan
pengetahuan di benak mereka sendiri.
Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Praktek
pembelajaran Geografi di sekolah selama ini terkesan tidak menarik bagi siswa.
Siswa menganggap pelajaran Geografi hanya sebagai pelajaran yang lebih bersifat hafalan, yakni hanya membeberkan
teori-teori saja tanpa ada praktiknya. Sudah bukan rahasia lagi, bahwa geografi
merupakan mata pelajaran yang tidak menarik, membosankan, sulit dan lain-lain
yang menunjukkan sebenarnya siswa tidak menyukai pelajaran tersebut. Keadaan
ini dapat diperparah lagi jika guru mengajarkannya monoton, terlalu teoritis,
dan kurang buku ajar.
Berdasarkan hasil
observasi di kelas dan wawancara dengan beberapa guru mata pelajaran geografi pada
saat Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), fakta
menunjukkan bahwa:
1.
Model pembelajaran yang diaplikasikan selama ini adalah model ceramah dengan dominasi
guru yang sangat tinggi di kelas dan belum divariasi dengan model pembelajaran
lain seperti praktikum sebagai penunjang teori yang telah ada
2.
Pelaksanaan pembelajaran hanya berpusat pada guru saja
3.
Komunikasi guru dan siswa kurang intensif
4.
Perhatian siswa terhadap materi pembelajaran belum
terfokus (50% siswa) sebab kondisi pembelajaran monoton dan searah
5.
Siswa belum memahami materi pelajaran yang diajarkan oleh
guru
6.
Siswa hanya mencatat materi yang diberikan oleh guru
7.
Guru kurang memberi dorongan dan motivasi kepada siswa
untuk belajar
8.
Sumber belajar yang digunakan masih kurang yaitu hanya menggunakan
buku pelajaran dan Lembar Kerja Siswa
(LKS).
Dari
pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa guru dalam melaksanakan
pembelajaran Geografi sering dilaksanakan dengan menularkan pengetahuan atau
memberikan informasi melalui lisan. Di sini yang aktif adalah guru sedangkan
siswa hanya pasif mencatat dan mendengarkan sehingga aktivitas dan kreativitas
siswa kurang nampak.
Cara ini
dirasa tidak menarik perhatian siswa dan menimbulkan rasa bosan pada siswa,
sehingga perlu adanya model dan media pembelajaran inovatif pada mata pelajaran
Geografi
terutama pada materi yang bersifat verbal seperti hidrosfer, litosfer, bisofer,
dan lain sebagainya. Hal tersebut dikarenkan siswa cukup
sulit memahami
jika guru
hanya menggunakan model pembelajaran ceramah saja sehingga
siswa hanya bisa
membayangkan dan berimajinasi terhadap materi pelajaran tersebut tanpa tahu
kondisi yang sebenarnya.
Terkait dengan permasalahan tersebut maka perlu adanya model dan media pembelajaran yang
sesuai dengan indikator yang harus dicapai oleh siswa, yaitu dengan menerapkan model dan media pembelajaran yang relevan dan mengena substansi materi pelajaran. Melalui model dan media pembelajaran, alat
peraga yang ada di sekolah dapat digunakan sebagai
sumber belajar. Peran guru disini adalah sebagai pembimbing, artinya guru menuntun siswa untuk melihat dan memperagakan
pesan-pesan visual melaui alat peraga tersebut. Dengan demikian penggunaan model dan media pembelajaran diharapkan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Referensi:
Sanjaya W., 2006, Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta, Kencana
Ubaidillah T., 2009,
Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMAN 1 Cepiring Kabupaten Kendal, Laporan,
Pendidikan Geografi Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Semarang
Undang Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
0 komentar:
Post a Comment