Fisiografi Daerah Istimewa Yogyakarta

Luas Daerah Istimewa Yogyakarta adalah 3186 km2. Iklim didaerah tersebut adalah iklim tropis basah dengan suhu udara rata-rata tahunan 26,7 ÂșC dan curah hujan tahunan berkisar 1750-3000 mm (Sutikno, 1996). Sehingga dapat dikatakan bahwa di daerah tersebut relatif cukup dingin ketika musim penghujan dan juga relatif panas ketika musim kemarau, hal tersebut dikarenakan antara suhu udara dan curah hujan hampir mendekati sama.

Unit litologi di Daerah Istimewa Yogyakarta bervariasi. Menurut Rahardjo dkk. (1995), Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dibedakan menjadi 15 unit litologi (formasi), antara lain sebagai berikut:

Qa: Alluvium, tersusun oleh material pasir lepas-lepas, lempung, dan lumpur
Qc: Koluvium, fragmen yang dibedakan pada endapan lereng
Qmi: Endapan gunung api muda pada gunung api Merapi, lava, tuf, breksi vulkanik
Qmo: Endapan gunung api tua pada gunung api Merapi, breksi, aglomerat dan lava
Tmps: Formasi Sentolo, batu gamping dan batu pasir marli
Tmj: Formasi Jonggrangan, batu gamping batu karang dan konglomerat
Tmoa: Formasi Andesit tua, breksi andesit, aglomerat, lava flow, dan tuff
Teou: Formasi Nanggulangan, batu pasir, marly pasir, dan batu lempung
Tmke: Formasi Kepek, batu gamping dan marl
Tmpw: Formasi Wonosari, batu gamping batu karang marl dan batu lempung
Tms: Formasi Sambipitu, tuff pilit, batu lumpur, batu pasir dan konglomerat
Tma: Formasi Nglanggran, breksi volkanik, aglomerat, lava, dan tuff breksi
Tmse: Formasi Semilir, tuff, breksi, batu gamping, tuff klastik, dan batu lempung marl
Tmk: Kebobutak, batu pasir, tuff, dan aglomerat
a: andesit dan intrusi diorit

Struktur geologi di Daerah Istimewa Yogyakarta dipengaruhi oleh gerakan lempeng tektonik antara lempeng Eurasia dibagian utara dan lempeng indo-australia dibagian selatan. Secara struktural daerah tersebut dibagi menjadi (i) gunungapi, (ii) lipatan yang meliputi sinklin dan antiklin, (iii) sesar, graben, perbukitan dome, plato, dan struktur tunggal (Sutikno, 1996).

Struktur tunggal terjadi di dataran aluvial, endapan koluvial, dan gumuk pasir. Struktur graben terjadi di daerah Bantul dan tertutup oleh endapan vulkan gunung api Merapi. Lipatan dan Sesar terjadi di daerah Kulonprogo dan Wonosari. Daerah Karst terdapat di Gunungkidul yang secara struktural merupakan plato sampai ke selatan, sedangkan pegunungan Kulonprogo mempunyai perbukitan dome seperti strukutur (Bemmelen, 1949).

Referensi:
Bemmelen, R.W.Van. 1949. The Geology of Indonesia. General Geology of Indonesia and Adjacent Archipelagoes. The Haque Govenrment Printing Offic
Gustiar dan Suhirman A., 1993. Peta Geologi Tata Lingkungan Lembar Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta-Jawa Tengah Skala 1:100.00. (Peta). Bandung. Direktorat Geologi Tata Lingkungan
Rahardjo W., Sukandarrumidi, Rosidi H.M.D., 1995. Peta Geologi Lembar Yogyakarta, Jawa Skala 1:100.000. (Peta). Bandung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
Sutikno. 1996. Geomorphology of Yogyakarta Area and Its Surrounding Proposed as Geomorphological Field Laboratory. Indonesian Journal of Geography. Vol. 28, No. 71, June 1996

0 komentar:

Post a Comment